Pantai Selatan Garut part I (Road To Ranca Buaya)

Kamis, 30 Desember 2010

Garut, sebuah kota yang berada di sebelah timur Bandung, sekitar 2 jam perjalanan darat dari Bandung. Sebuah kota di dataran tinggi yang memiliki tiga gunung yang terkenal, Gunung Guntur, Cikuray dan Papandayan. Dengan kota yang berada di dataran tinggi dan bentang alam yang bergunung-gunung, Garut memiliki banyak pesona keindahan yang ditawarkan. Keindahan yang membuat saya penasaran dengan kota ini. Rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi setelah melihat-lihat foto tempat wisata yang ada di Garut via internet. Sangat ingin rasanya bisa mengunjunginya. Apalagi jarak Bandung-Garut tidak terlalu jauh, jiwa touring saya serasa terpanggil.

Kesempatan itu akhirnya datang juga, temen kost saya Ario meminta pendapat saya mengenai tempat wisata yang bagus dan tidak terlalu jauh dari Bandung buat acara kampusnya. Langsung saja tanpa ragu-ragu saya bilang “Garut”. Dia sebelumnya bilang ingin ke Ujung Genteng di Sukabumi, tapi saya kasih saran buat ke Garut saja dengan perhitungan jarak yang lebih dekat dan juga biaya yang dikeluarkan tidak begitu banyak, toh di Garut juga ada pantai. Walaupun sebenernya saya juga belum pernah ke pantai yang di Garut, Cuma tahu info dan foto-fotonya saja di internet.

Akhirnya dia setuju, tapi dia ingin survey lokasi terlebih dahulu. Dia mengajak saya buat survey ke pantai di Garut, karena dia tidak tahu jalan kesana. Tanpa pikir panjang saya jawab “Ok”. Seneng banget rasanya, akhirnya saya bisa berkesempatan mengunjungi Garut lagi dan saya bisa membayar janji saya untuk menginjakkan kaki di pantai selatan Garut setelah dalam perjalanan sebelumnya saya gagal mencapai pantai.

Seusai adzan subuh kami meluncur menuju Garut, menerobos kabut pagi dan menahan dinginnya udara Bandung di pagi hari walaupun sudah pake jaket tetap saja dinginnya tembus. Jalanan Bandung masih sepi, perjalanan sedikit tersendat di pasar Ujung Berung karena ada pasar tumpah yang rame. Selepas daerah Nagrek, kami berhenti sebentar di sebuah mesjid buat sholat subuh sekalian sarapan kebetulan di komplek mesjid terdapat tempat makan. Memang mesjid ini biasanya dipake sebagai rest area. Cukup mengeluarkan duit 8 ribu dari dompet buat sarapan mie rebus + teh manis anget. Jam 6.00, kami melanjutkan perjalanan menuju Garut.

Diperempatan pos polisi Cagak belok kanan menuju Garut. Memasuki jalan raya garut jalanan belum terlalu rame. Sampe di gerbang perbatasan Bandung-Garut, kami berhenti sebentar buat mengambil foto berlatar belakang gerbang tersebut yang bertuliskan "Selamat Datang di Kabupaten Garut-Garut Bangkit Garut Berprestasi". Foto-foto dengan pedenya walaupun dilihatin anak-anak sekolahan yang lagi menunggu angkot. Indahnya pemandangan Gunung Guntur tersaji dimata kami dalam perjalanan menuju kota Garut.

Sekitar jam 7.00, kami memasuki kota Garut yang tengah bersiap-siap untuk memulai aktifitasnya sebagai sebuah kota kabupaten. Kota Garut Cuma kami lewati saja, motor terus kami pacu 60-80 Km/jam menuju selatan Garut ke arah Cikajang. Jam 7.30 kami mendekati Cikajang, sebelum masuk kota kecamatan Cikajang di area perkebunan teh tepatnya di sebuah pertigaan yang rame kami berhenti sebentar. Untuk menuju ke pantai selatan Garut bisa melalui dua jalur di pertigaan ini. Kalau belok ke kiri akan menuju ke Pantai Santolo di daerah Pameungpeuk dengan melewati Cikajang, jalur sama yang saya lewati tempo hari. Kalau belok kanan akan menuju pantai Ranca Buaya di daerah Caringin dengan melewati Bungbulang. Pantai Ranca Buaya merupakan pantai paling barat dari wilayah Kab. Garut yang berbatasan dengan daerah Cidaun, Kab. Cianjur.

Kami berhenti untuk merundingkan mau lewat jalur yang mana. Saya lebih memilih ke Pantai Ranca Buaya dulu baru susur pantai ke timur sampe Pantai Santolo, untuk mengantisipasi kalau pulangnya nanti malam hari. Setidaknya jalur pulang dari santolo ke Bandung lewat cikajang, setengahnya saya sudah tau kondisi jalannya. Sebaliknya kalau ke Santolo dulu terus pulangnya lewat Bungbulang, jelas saya tidak tau kondisi jalannya kayak apa, karena belum pernah saya lewati. Saya dapet info di internet kalau jalur yang lewat Bungbulang sangat tidak beradab dan kebanyakan warga Garut kalau mau ke Ranca Buaya lebih memilih lewat jalur Pameungpeuk. Sebenarnya kalau dilihat di peta jalur yang lewat Pameungpeuk malah terlihat lebih jauh, tapi kenyataannya walaupun lebih jauh dari segi jarak, dari segi waktu malah bisa menghemat waktu sekitar 1 – 1,5 jam dibanding lewat jalur Bungbulang.

Saya merasa tertantang untuk menaklukkan jalur yang melewati Bungbulang dengan motor saya, jalur seperti inilah yang disukai para bikers yang suka akan tantangan. Akhirnya saya memutuskan untuk lewat jalur tersebut dan temen-temen pun setuju. Motor kami geber menuju Ranca Buaya, pertama-tama kondisi jalan aspalnya masih lumayan bagus tapi lebar jalannya sedikit lebih kecil daripada jalan yang melalui Cikajang. Pemandangan sepanjang jalan tetep di dominasi oleh Gunung Papandayan di sebelah utara dan jajaran pegunungan, perkebunan teh dan sayur juga masih mendominasi pemandangan. Segarnya udara pegunungan di pagi hari ditambah pemandangan yang mempesona membuat perjalanan begitu mengasyikkan dan tidak membuat saya merasa lelah berkendara.

Di sebuah papan nama yang bertuliskan PT.Perkebunan Nusantara VII-Kebun Papandayan, kami berhenti sebentar buat mengambil foto karena pemandangannya indah banget, hamparan kebun teh dan Gunung Papandayan yang tinggi menjulang tidak boleh dilewatkan. Puas ambil foto perjalanan berlanjut, sampe di daerah Cikandang di sebuah perkebunan teh saya sepintas membaca papan yang bertuliskan Wana Wisata Angling Dharma di bawah tulisan itu ada tulisan Curug Orok. Selepas daerah Cikandang kondisi jalan lebih berliku-liku dan naik turun, aspal mulai banyak yang rusak dan berlubang tapi tidak begitu parah, jalan juga semakin menyempit.

Memasuki wilayah kecamatan Pamulihan kondisi jalan masih berliku-liku dan naik turun, kendaraan lebih jarang terlihat cuma sesekali saja bertemu dengan sepeda motor, truk maupun mobil-mobil elf jurusan Bandung-Bungbulang maupun Garut-Bungbulang. Tapi pemandangan masih terkesan bagus. Sempet berhenti untuk mengambil foto lagi di sebuah kampung dengan latar belakang masih sama yaitu Gunung Papandayan yang gagah.

Perjalanan pun dilanjutkan, memasuki kecamatan Pakejeng sampai kecamatan Bungbulang, kondisi jalan semakin parah jalan berliku-liku gak habis-habis dan juga masih tetap naik turun sesekali kita juga melewati hutan, perkebunan teh sudah tak terlihat. Rasanya kami seperti memutari bukit demi bukit dan kenyatannya memang seperti itu, jalan di buat memutari bukit, dari bukit satu ke bukit yang lain. Gak tau sudah berapa bukit yang kami putari dan berapa kampung yang kami lewati. Rasa capek sudah mulai menyerang, tangan dan kaki sudang terasa pegel-pegel semua. Jarak 1 Km pun rasanya seperti jauh banget. Pantes saja jalur ini di bilang gak beradab dan rawan longsor juga.

Setelah bersabar dalam kelelahan, akhirnya dari sebuah puncak bukit kota kecamatan Bungbulang sudah terlihat di bawah, terlihat genteng rumah-rumah penduduk di sebuah cekungan bukit. Saya langsung semangat menggeber motor. Sampe di kota suasananya gak begitu rame, jangan harap menemukan Alfamart ataupun Indomart di daerah ini. Akhirnya motor minta minum juga, berhenti sebentar di sebuah warung yang jualan bensin sambil istirahat. Disini bensin di jual 6 ribu/liter, harga normal di pom bensin pada waktu itu 5 ribu/liter. Sambil beristirahat kami bertanya kepada ibu pemilik warung, berapa lama lagi waktu yang di butuhkan untuk sampe di Ranca Buaya. Ternyata kata si ibu, masih butuh waktu sekitar 1 jam lagi kalau naik motor. Ampuunn daah…(menghela napas sambil geleng-geleng).

Setelah merasa cukup istirahat perjalanan berlanjut dengan sinar matahari yang sudah terasa menyengat. Di tengah perjalanan tiba-tiba pengen buang air kecil, karena sudah tak tertahankan terpaksa berhenti di pinggir jalan dan lari ke sebuah empang penduduk, untung gak ada orangnya. Kondisi jalan dari Bungbulang menuju Caringin masih sama seperti kondisi jalan yang sudah kami lewati tadi tapi sudah lebih mendingan gak terlalu sering berliku-liku beberapa ruas jalan ada yang berupa pasir batu tanpa aspal. Dari daerah sini bila sampai di atas bukit atau tempat yang tinggi sudah bisa melihat air laut di kejauhan, putih kebiru-biruan berbaur dengan warna langit. Bisa buat penambah semangat buat menggeber motor lebih cepat.

Jam 10.30, akhirnya kami memasuki wilayah kecamatan Caringin, Pantai Ranca Buaya masuk wilayah kecamatan ini. Dari arah Bungbulang untuk menuju pantai, harus lebih awas dalam melihat papan penunjuk karena papan penunjuknya gak terlalu jelas dan kecil. Papan penunjuk arah ini ada di kiri jalan di sebuah pertigaan. Kurang lebih 5 Km lagi untuk sampai di Pantai dari pertigaan. Setelah belok kiri dari pertigaan ini jalannya terus menurun ke bawah sampai di kota kecamatan Caringin, kemudian belok kanan ke arah pantai, ada penunjuk jalannya. Sepi banget kota kecamatan ini seperti desa-desa biasa gak terlihat sebagai kota kecamatan. Di terminal pun gak ada satu pun angkutan elf yang ngetem. Sungguh betapa terpelosoknya daerah ini. jarak dari kota Garut sampe daerah ini kurang lebih 100 Km, gak bisa ngebayangin kalau saya tinggal di daerah ini.

Suasana daerah pantai sudah terasa, banyak pohon-pohon kelapa yang ramping dan tinggi ciri khas daerah pesisir pantai dan angin laut sudah terasa menyambut. Untuk sampe di pantai kita harus melewati satu bukit. Motor terus kami pacu menuju pantai, sudah tak sabar rasanya melihat ganasnya ombak laut selatan. Setelah sampe di atas bukit, pemandangan sangat indah sekali. Garis pantai terlihat meliuk-liuk seperti ular seakan menenembus langit di kejauhan sungguh pemandangan yang indah sekali. Kami langsung memacu motor lebih cepat menuruni bukit. Kami sampe di sebuah perempatan, dari penunjuk jalan tertulis kalau Pantai Ranca Buaya lurus, sedangkan kalau belok kiri menuju Pameungpeuk kalau ke kanan menuju Cidaun, daerah Kabupaten Cianjur. Inilah jalur paling selatan Jawa Barat yang membentang dari wilayah Banten Selatan sampe Pangandaran di Ciamis. Sayang jalur ini belum di garap maksimal oleh pemerintah padahal jalur ini bisa mengembangkan daerah-daerah di pesisir pantai selatan Jawa Barat yang rata-rata masih terpelosok dan kurang terkena pembangunan.

Jam 10.45, akhirny kami pun tiba di Pantai Ranca Buaya. Setelah membayar karcis masuk kalau gak salah ingat 10 ribu untuk dua motor, kami langsung mencari tempat yang enak buat santai. Gak ada tempat parkir disini jadi terserah mau parkir dimana saja, kami parkir di bawah sebuah pohon yang di bawahnya banyak terdapat rumput-rumput biar enak buat duduk santai. Lega rasanya akhirnya sampe juga setelah menempuh perjalanan 6 jam yang melelahkan dari Bandung. Senangnya bisa melihat deburan ombak yang ganas menghantam batu-batu karang yang seperti berserakan di tepi pantai. Terlihat beberapa orang sedang asyik memancing di ujung karang seakan tidak takut dengan ganasnya ombak.

Ciri khas Pantai Ranca Buaya adalah banyaknya batu-batu karang di tepi pantai, batunya berwarna hitam. Sehingga pantai ini tidak bisa untuk berenang, terlalu berbahaya. Pasir pantainya berwarna kuning kecoklat-coklatan. Sayangnya pantai ini seperti kurang di tata atau dirawat, terlihat sampah, daun-daun kering dan juga potongan-potongan kayu di sekitar pantai tidak di bersihkan. Padahal potensi untuk menarik wisatawan sangat besar seandainya pantai ini di kembangkan dan di benahi infrastrukturnya. Pantainya sepi, hanya kami lah pengunjung yang datang pada saat itu, warung-warung makan cuma ada beberapa saja dan tidak ada satu pun yang buka waktu kami datang. Mungkin warung-warung tersebut buka pas hari libur saja. Ada juga beberapa bangunan penginapan. Di pantai sebelah timur terdapat kampung nelayan, beberapa kapal nelayan terlihat tertambat di pinggir pantai. Disebelah barat terdapat banyak batu-batu karang dan tebing karang, bagus buat dijadikan background foto.

Setelah melepas lelah dengan duduk di bawah pohon, saya pun langsung menuju ke pinggir pantai untuk mengambil foto menyusul temen-temen saya yang sudah duluan main di pinggir pantai. Pada waktu itu untuk mengambil foto saya masih pake kamera handphone belum sempet beli kamera digital, tapi hasilnya juga lumayan bagus walaupun cuma 3,2 pixel. Saya puas-puasin buat ambil foto pemandangan sekitar pantai dan foto temen-temen. Hati-hati kalau mau berfoto atau bermain di batu-batu karang, karena karangnya tajam-tajam dan juga licin. Setelah puas foto-foto, saya memilih beristirahat lagi di bawah pohon karena sudah tidak tahan dengan panasnya sengatan matahari, sementara si Ario pergi untuk survey penginapan buat acara kampusnya. Lagi enak-enak santai tiba-tiba perut mules, langsung saya kebingungan mencari toilet dan ternyata gak ada toilet umum di pantai ini. Untung si Ario cepet datang terus mengantar saya ke sebuah penginapan untuk numpang ke toilet.

Jam 11.30, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Santolo. Waktu setengah jam sudah saya rasa cukup buat menikmati pantai ini, giliran pantai berikutnya buat dinikmati. Mengingat waktu sudah siang dan semakin panas, kami harus pintar membagi waktu untuk pantai yang lain biar nanti pulangnya tidak kemaleman. Dengan perasaan yang puas dan senang bisa berkunjung ke Pantai Ranca Buaya ini, saya melanjutkan perjalanan dengan harapan suatu saat bisa berkunjung kembali kesini.....
Bersambung




0 komentar:

Most Wanted

Statistics

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Powered By Blogger