Dari Curug Cinulang Ke Kota Garut

Minggu, 14 Februari 2010

Cerita kali ini meneruskan cerita yang sebelumnya saya postingkan yaitu “Curug Cinulang, Pesona Bandung Timur”. Memang perjalanan ini merupakan lanjutan dari perjalanan saya mengunjungi Curug Cinulang dan ini masih di hari yang sama. Sengaja saya pisahkan ceritanya.
Kali ini saya akan menceritakan saat saya dengan dua orang teman saya yaitu Malik dan Rama memutuskan untuk pergi menuju Kota Garut, “Swiss Van Java”nya Indonesia. Perjalanan ini benar-benar tanpa perencanaan, muncul begitu saja. Sehingga hasilnya pun bisa dibilang mengecewakan. Cuma dapet capek dan badan pegel-pegel semua tapi selain itu dapet untung juga yaitu bisa tahu jalur dan keadaan jalan yang akan ditempuh bila dilain waktu ingin maen lagi kesini, sehingga bisa mempersiapkan perjalanan dengan lebih baik.
Saat di Curug Cinulang kami sudah sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke pemandian air panas di Cipanas, Garut. Karena hari bisa dibilang masih pagi dan jarak antara Curug Cinulang ke Garut tidak terlalu jauh maka kami putuskan untuk kesana, ingin merasakan hangatnya berendam di kolam air panas. Tepat Jam 10.30, kami meninggalkan Curug Cinulang dan langsung menggeber motor manuju ke Garut. Sempat berhenti dulu di sebuah puncak bukit untuk mengambil foto.
Perjalanan ke Garut kami lalui dengan lancar-lancar saja. Ini merupakan kali kedua saya pergi ke Garut. Senang rasanya bisa mengunjungi Garut lagi. Kota dengan landscape yang bergunung-gunung, maka tidak salah kalau disebut sebagai Swiss Van Djava. Baru memasuki daerah Garut, gagahnya Gunung Guntur sudah menyambut. Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 1 jam, akhirnya kami melintasi gerbang yang bertuliskan selamat datang di kota Garut. Selepas gerbang ada pertigaan, kita ambil yang ke arah kanan yaitu arah ke Cipanas kalau lurus akan menuju ke Kota Garut.
Keadaan jalan menuju Cipanas sangat bagus dan juga lebar. Banyak terdapat villa-villa dan hotel-hotel atau penginapan di kiri kanan jalan sepanjang jalan tersebut dan didepan kita bisa memandang ke arah Gunung Guntur yang tinggi menjulang dengan puncak yang terlihat gundul berbeda dengan gunung-gunung yang lain. Cipanas ini merupakan resort wisata utama di Kota Garut dengan pemandian air panas belerang yang konon paling bening di Indonesia. Setelah kita sampai di Cipanas keadaannya bener-bener ramai sekali jalan-jalannya macet, wajar saja hari minggu. Ternyata di Cipanas tersebut kolam pemandiannya tidak hanya satu. Ada beberapa tempat yang menyediakan pemandian air panas. Keadaan ini jauh dari bayangan saya sebelumnya, saya pikir tempat pemandiannya ada di satu tempat.
Kami sempat kebingungan mau masuk ke pemandian yang mana, akhirnya kami berhenti dulu di pinggir jalan dan memutuskan untuk bertanya-tanya dulu ke orang-orang. Setelah mendapat info akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke pemandian air panas Sabda Alam, pemandian ini tepat berada di belakang Hotel Sabda Alam. Setelah memarkir motor, kita langsung masuk ke pemandian tersebut. Di pintu masuk keadaannya bener-bener ramai sekali, dari orangtua, anak-anak, para abg bahkan nenek-nenek juga ada, komplit pokoknya. Pas masuk ke dalam saya terkejut, ketika melihat kolam pemandiannya ternyata sebuah waterboom dengan banyak permainan air. Sekali lagi jauh dari bayangan saya. Saya pikir kolamnya seperti kolam renang biasa. Buyar sudah keinginan saya untuk berendam air panas disitu. Waterboom ini yang membedakan dengan waterboom di tempat lain adalah disini air yang digunakan adalah air panas alami. Setelah melihat harga kacis masuknya Rp. 20.000, kami memutuskan untuk tidak jadi masuk ke kolam air panas tersebut. Gagal sudah rencana buat berendam air panas.
Kita beristirahat sebentar di depan pintu masuk sambil berfoto-foto dan berpikir lagi tujuan selanjutnya. Karena ke Garut tanpa perencanaan kita bingung mau kemana, akhirnya saya mengusulkan untuk pergi ke pantai di daerah Pameungpeuk. Tidak jadi mandi air panas, kita mandi air laut di pantai begitu pikir saya. Masih ragu juga untuk kesana karena saya belum tahu keadaan jalan kesana dan berapa kilo jauhnya. Kemudian saya tanya ke satpam, ternyata menurut satpam tersebut tempatnya jauh sekali sekitar 3 - 3,5 jam untuk sampe disana dan juga jalannya harus melewati daerah yang disebut Gunung Gelap yang sering berkabut dan berkelok-kelok naik-turun. Setelah mendapat info saya merundingkan dengan teman saya, ternyata mereka setuju untuk kesana.
Sekitar jam 12.00 kita meninggalkan Cipanas menuju ke Pameungpeuk. Dengan cuaca yang panasnya begitu terik. Dalam perjalanan kita melewati Kota Garut, begitu sampai di sebuah perempatan saya sempat melihat papan petunjuk lokasi yang bertuliskan nama-nama pantai di Garut. Saya melihat jarak Kota Garut ke Pantai Santolo di Pameungpeuk adalah 88 KM. Busyet, lebih jauh dari jarak Garut kota ke Bandung. Tidak lupa berhenti sebentar di sebuah masjid untuk sholat dzuhur. Perjalanan kemudian berlanjut, dengan laju motor yang lebih cepat, mengingat jarak yang jauh dan waktu yang sudah siang. Pemandangan sepanjang perjalanan tidak membosankan, dengan view berupa sawah-sawah yang subur kemudian jajaran pegunungan yang terlihat memanjang seperti ular dan juga view Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan yang terlihat jelas dari jalan.
Sekitar jam 13.00 kami memasuki daerah Cikajang. Selepas Cikajang kita dibikin terpesona dengan view hamparan kebun teh yang luas dan deretan pegunungan yang begitu luar biasa indahnya menjadi benteng alam bagi daerah tersebut. Sepanjang mata memandang terlihat warna hijau yang menyegarkan mata. Pohon-pohon teh seperti merayapi punggung bukit-bukit tersebut, karena ditanam dari bawah sampai atas bukit. Ditambah keadaan jalan yang sangat bagus dan mulus. Dengan jalan yang berkelok-kelok dan udara dingin yang terasa sangat menyegarkan dan mengasyikkan. Mirip dengan keadaan di Puncak, Bogor.
Selepas daerah indah tersebut tanpa saya duga ternyata jalan yang bagus tadi berubah menjadi jalan yang beraspal pecah-pecah dan tidak rata sehingga membuat badan bergetar-getar di motor. Pemandangan berganti dengan tebing-tebing gunung yang tinggi dan hutan-hutan yang terkesan sangar dan angker, terkadang disamping jalan juga terdapat jurang-jurang yang dalam. Ini lah daerah yang disebut sebagai Gunung Gelap. Dengan keadaan jalan rusak, banyak lubang serta berkelok-kelok naik turun membuat badan saya terasa lelah dan pegel-pegel semua dari ujung jari kaki sampai ujung jari tangan. Kalau tidak salah keadaan jalan seperti ini sekitar kilometer ke-40an. Suasana jalan yang tadi lumayan rame mendadak jadi sepi di daerah ini.
Akhirnya di kilometer 38, Rama berhenti dan mengajak untuk tidak melanjutkan perjalanan lagi. Kita berhenti didepan sebuah warung makan, kami beristirahat dan merundingkan mau lanjut atau tidak di warung tersebut. Setelah bertanya ke pemilik warung ternyata masih butuh sekitar 1-2 jam lagi untuk sampai ke pameungpeuk. Semakin tambah pesimis untuk lanjut. Jam juga sudah menunjukkan pukul 14.30. setelah berunding akhirnya kita putuskan untuk stop dan balik ke bandung. Mengingat waktu sudah mau sore dan juga mengantisipasi jika baliknya nanti sampai daerah Gunung Gelap ini sudah malam dengan keadaan jalan yang jelek dan juga melewati gunung dan hutan tanpa ada penerangan jalan, kita tidak mau ambil resiko.
Sehabis makan kita langsung tancap gas balik ke bandung, walaupun dengan hati sedikit kecewa karena tidak sampai tujuan, tapi saya berjanji akan balik lagi kesini meneruskan perjalanan yang tersisa. Perjalanan balik saya serahkan kemudi ke teman saya Malik, karena saya sudah merasa pegel-pegel semua. Sampai di daerah perkebunan teh yang mempesona tadi, kita berhenti untuk berfoto-foto ria. Benar-benar terasa segar berada di sini, bikin lupa sesaat pegel-pegel yang terasa. Setelah puas foto-foto kita melanjutkan perjalanan. Sampai di Cikajang berhenti sebentar di Indomart buat beli minuman dan istirahat sebentar.
Tancap gas lagi, sekitar jam 15.30 berhenti dulu di sebuah masjid untuk sholat ashar, terasa segar sekali airnya waktu berwudhu. Lumayan menyegarkan muka dan kepala. Sehabis sholat Malik minta gantian memboncengnya katanya ngantuk berat. Tapi saya tolak karena saya masih merasa capek dan pegel-pegel. Dalam perjalanan dia berkali-kali minta untuk ganti karena sudah tidak tahan. Saya tetap tidak mau. Akibatnya selepas Kota Garut, tiba-tiba saja saya dibuat deg-degan, laju motor yang tadinya lurus tiba-tiba jadi miring ke kiri hampir menabrak mobil yang lagi parkir. Spontan saja saya ketok helm si malik sambil teriak. Astaga, ternyata dia ketiduran, kacau banget dah. Belum hilang deg-degan, lagi-lagi dia ketiduran hampir saja nabrak mobil didepan yang ngerem mendadak, untung saja saya cepet teriak terus dia kebangun dan ngerem pas banget beberapa centimeter dari body mobil. Akhirnya saya suruh berhenti di pom bensin dan kemudi saya ambil alih daripada saya jantungan. Pas saya boncengin lagi-lagi dia ketiduran dan hampir mau jatuh kesamping, untung dia masih pegangan tas saya, tapi akibatnya saya oleng karena tidak siap, motor jadi masuk ke lajur sebelah untung lagi tidak ada mobil dari depan. Alhamdulillah selamat lagi. Ini akibat dia tidak tidur semalaman.
Akhirnya sampe juga di Bandung di daerah Rancaekek sekitar jam 17.00. Berhenti dulu di depan sebuah toko baju, nemenin si Rama buat beli baju dan celana buat kerja besok. Setelah itu kita berpisah, Rama pulang ke rumahnya di Rancaekek. Saya lanjut ke arah Bandung kota. Dengan keadaan jalan lumayan macet karena orang-orang pada pulang kerja, saya sampai di kost sekitar jam 19.00. Langsung saja saya tepar dikasur, badan bener-bener capek dan terasa pegel-pegel yang luar biasa. Walaupun dengan perasaan yang sedikit kecewa, karena tidak sampai tujuan. Tapi saya tetap berjanji bakal balik lagi dan melanjutkan perjalanan yang tersisa. “Garut…I will come back….”






















0 komentar:

Most Wanted

Statistics

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Powered By Blogger