Curug Sidomba, Kunjungan Diluar Rencana

Kamis, 21 Juli 2011

Hari terakhir saya di Kota Kuningan sesuai rencana sebenarnya hanya akan berkunjung ke Museum Linggarjati. Mengingat waktu kita berangkat sudah kesiangan, kemungkinan hanya akan sempat mengunjungi satu lokasi wisata. Kenyataannya saat saya berada di Museum Linggarjati, hujan juga memberi kontribusi bahwa saya hanya bisa mengunjungi satu lokasi wisata hari ini. Tapi ternyata tuhan berkehendak lain, tuhan masih memberi saya kesempatan untuk bisa menikmati satu lagi suguhan wisata di Kota Kuningan. Menikmati wisata lainnya yang ada di lereng Gunung Ciremai. Kunjungan yang sama sekali tidak direncanakan.

Hujan sudah reda ketika saya meninggalkan Museum Linggarjati. Meninggalkan kenangan yang tidak mungkin saya lupakan. Sebagai pecinta sejarah bisa berkesempatan mengunjungi tempat yang bersejarah bagi Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Sekitar jam 14.20, kami meninggalkan Museum Linggarjati dan berniat langsung pulang ke rumah teman saya. Mumpung hujan sudah reda kami pengen segera pulang sebelum hujan datang lagi.

Selepas meninggalkan Desa Linggarjati, kami kembali melintasi jalan raya Kuningan-Cirebon, menuju ke arah Kota Kuningan. Saat melintas di daerah Kecamatan Jalaksana, hujan tenyata malah tidak turun, jalannya terlihat kering. Disepanjang jalan di daerah ini saya melihat sebuah papan nama kecil berwarna hijau yang ditancapkan ditanah. Saya penasaran dengan papan ini, karena jumlahnya banyak dan ditertancap disepanjang jalan di daerah jalaksana. Setelah saya perhatikan di papan tersebut tertulis dengan jelas Curug Sidomba dengan gambar seekor domba. Wah ada tempat wisata lagi ini, pikir saya. Karena penasaran langsung saja saya menghentikan motor saya di sisi jalan.

Saya kemudian bertanya kepada Nunu tentang tempat wisata ini. Ternyata dia juga tidak tau dan belum pernah ke Curug Sidomba. Katanya tempat wisata ini masih terbilang baru. Untuk mengobati rasa penasaran, saya mengajak Malik dan Nunu untuk mencoba mengunjunginya melihat seperti apa tempatnya yang kelihatanya menarik. Mereka pun setuju dan kami langsung meluncur menuju Curug Sidomba. Sampai di sebuah pertigaan yang rame sesuai petunjuk arah, kami belok kanan. Saya tidak tahu nama desa dipertigaan ini. Begitu belok kanan, kami melewati perumahan penduduk dengan jalan yang lumayan mulus dan sedikit menanjak menuju ke arah lereng Gunung Ciremai.

Sampai di ujung jalan, petunjuk arah menghilang kami bingung belok kanan atau kiri. Berhenti sebentar untuk bertanya ke seorang bapak yang lagi menjemur sesuatu dipinggir jalan. Setelah bertanya, jalur yang benar menuju curug tenyata yang belok ke kanan. Kata si bapak juga masih sekitar 1 Km lagi menuju curug. Kami langsung bersemangat memacu motor menuju curug. Jalan menuju curug sedikit berbelo-belok melewati perumahan penduduk, sawah dan kebun. Setelah berjalan kurang lebih 2 Km, kami sampai juga di pintu gerbang Curug Sidomba. Ternyata lebih jauh dari yang bapak tadi bilang.

Read more...

Museum Linggarjati, Saksi Sejarah Kedaulatan Indonesia

Selasa, 19 Juli 2011

Masih ada satu hari lagi yang bisa saya nikmati di Kota Kuningan. Kesempatan yang tidak mungkin akan saya sia-siakan hanya untuk berdiam diri di rumah teman saya. Masih banyak suguhan wisata di kota ini yang siap untuk dinikmati. Bersiap menerima kedatangan saya dan menjamu saya dengan keindahannya. Walaupun ga semuanya bisa saya kunjungi, setidaknya mengunjungi satu atau dua tempat wisata sudah cukup untuk menambah kenangan di kota ini. Menambah koleksi foto di harddisk komputer, untuk dikenang di lain waktu.

Sesuai rencana yang telah kami sepakati sebelumnya, kami akan berkunjung ke Museum Linggarjati. Sebuah museum yang awalnya merupakan sebuah rumah keluarga yang dijadikan sebagai tempat perundingan antara Indonesia-Belanda. Museum Linggarjati merupakan salah satu tujuan wisata terkenal di Kuningan, suatu tempat yang menjadi saksi penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Suatu tempat yang selalu tercantum di buku sejarah saya dari SD hingga SMA. Sebagai pecinta sejarah, saya tidak akan melewatkan kesempatan bisa mengunjungi salah satu tempat yang bersejarah ini.

Dari rencana awal berangkat pagi sekitar jam 10.00, ternyata harus molor sampe siang hari abis sholat dzuhur. Seperti biasa, kebiasaan begadang dan bangun tidur menjelang siang susah dihilangkan. Jam di dinding kamar hampir menunjukkan pukul 10.00, kami malah baru bangun tidur. Setelah selesai makan siang dan sholat dzuhur, kami berangkat menuju Linggarjati di daerah Cilimus. Ternyata langit sepertinya kurang bersahabat, terlihat mendung mulai menghitam. Tapi tak menyurutkan niat kami untuk tetap pergi mengunjunginya.

Desa Linggarjati

Linggarjati adalah sebuah desa yang terletak dilereng Gunung Ciremai, desa ini berada di wilayah Blok Wage, Dusun Tiga, Kampung Cipaku, kecamatan Cilimus, Kuningan. Di desa inilah tempat berlangsungnya perundingan yang bersejarah antara Indonesia dan Belanda, yaitu perundingan Linggarjati. Sebuah tempat yang menjadi bagian penting dalam usaha Indonesia menjadi negara yang berdaulat setelah berhasil menjadi negara yang merdeka. Tempat berlangsungnya perundingan tersebut kini dilestarikan sebagai Museum Linggarjati.

Linggarjati merupakan desa dengan hawa yang sejuk, karena terletak pada ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan air laut. Akses menuju desa ini sangat mudah sekali, baik dari arah Kuningan maupun Cirebon, bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun umum. Jarak tempuh untuk menuju lokasi ini tidak terlalu jauh, dari Kota Cirebon sekitar 25 Km sedangkan dari arah Kota Kuningan sekitar 17 Km.

Kami memasuki desa linggarjati sekitar jam 12.10, hawa sejuk langsung kami rasakan. Dari jalan raya Kuningan-Cirebon kami belok kiri, terlihat jelas papan petunjuk arahnya menuju museum. Begitu belok disambut hijaunya persawahan penduduk dikiri-kanan jalan menuju museum dengan keadaan jalan sedikit menanjak. Pada waktu itu kondisi jalan masuk ke lokasi museum tidak terlalu mulus, di beberapa bagian terdapat lobang. Mungkin sekarang jalannya sudah beraspal mulus, saya berharap demikian. Setelah menempuh jarak kurang lebih 5 Km, kami sampai di depan Museum Linggarjati.

Read more...

Most Wanted

Statistics

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Powered By Blogger